Selasa, 22 Februari 2011

Politik Ancam-mengancam

Kita boleh berbangga hati merasa hidup di tengah zaman modern dan semakin menciut karena globalisasi. Kita merasa telah lahir sebagai manusia milenium, cerdas, toleran, berwawasan luas, dan melihat dunia dengan begitu luasnya.

Tetapi, kebanggaan itu hancur berkeping-keping begitu melihat perilaku politisi kita. Ketika pola kekuasaan relasional tidak lagi berlaku di dunia modern sekarang ini, di sini kita malah menyaksikan pola kuno dan kotor politisi. Politik rasional dan beradab ditinggalkan dan digantikan oleh politik saling ancam, saling gertak, saling hina, yang ujung-ujungnya berakhir pada politik dagang sapi.

Ciri orang Indonesia yang modern sirna begitu melihat transaksi 'bisnis' menyelimuti ruang politik negeri ini dalam banyak kasus. Sebut saja, kasus bobolnya Bank Century yang mendapat perhatian luas, tetapi ending-nya benar-benar memuakkan. Kasus Gayus Tambunan yang muter-muter tidak keruan dan sama sekali jauh dari menyentuh substansi masalah.

Sekarang, rakyat yang sebagian sedang susah ini dicekoki manuver-manuver politik rendahan terkait hak angket pajak. Politisi yang seharusnya menjadi penyejuk kehidupan bernegara, malah menampilkan dirinya sebagai biang pemanasan global politik nasional. Adu mulut, saling sikut, dan saling tebar kebohongan terus mereka ucapkan, yang diliput luas media massa.

Mimpi bangsa agar terciptanya kehidupan politik kelas tinggi, yang santun dan mencerminkan bangsa maju, sudah terlebih dahulu pudar ketika baru saja jadi janin. Kepentingan sesaat segelintir kelompok telah menyesatkan high politic ke dalam lembah politik rendahan.

Jangan heran jika di tingkat akar rumput terjadi keresahan yang berujung pada drama-drama sosial yang menyesakkan kita semua. Orang-orang dengan mudahnya mengamuk dan membakar rumah ibadah. Masyarakat seperti kertas disiram bensin yang sangat mudah terbakar sampai tega-teganya membantai sekelompok orang sampai mati di tengah siang bolong, tanpa ampun.

Jelas, kekerasan dan amuk massa yang terjadi di akar rumput tidak lepas dari ketegangan berbangsa yang diciptakan para politisi di tingkat atas. Rakyat seperti memiliki alasan untuk mengamuk dan menyerang orang lain karena ada contoh yang mereka tiru. Rakyat berperilaku tidak jauh dari yang dicontohkan pemimpin mereka. Jika para pemimpinnya asyik berpanas-panas ria, rakyat akan jauh lebih dahsyat memanasi dirinya.

Kita ingin karakter bangsa ini dibangun dengan semangat pencerdasan dan kemodernan yang penuh adab. Kita jelas mendukung penuh segala perilaku politik yang santun, saling menghormati, dan punya sikap. Di sisi lain, kita mencibir perilaku politik yang abnormal, tidak dewasa, menyesatkan, dan hanya mementingkan segelintir orang.

Kepada para politisi -entah yang berjaket merah, biru, kuning, hitam, maupun hijau- mulailah menyejukkan rakyat dengan kata-kata indah dan perilaku mengesankan. Sudah saatnya menjauhkan tindak-tanduk yang membangkitkan amarah rakyat tak terkendali, yang pada akhirnya tetap merugikan rakyat juga.

Jika bermanuver, lakukanlah dengan bijak dan cerdas. Di tengah tuntutan hidup yang makin berat ini, yang dibutuhkan rakyat hanya keteladanan pemimpinnya. Mari, junjung tinggi perilaku politik yang beradab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar