Jumat, 04 Maret 2011

gairah Intelektual di Sevila

Oleh Yusuf Assidiq

DARI KOTA INI, LAHIR BANYAK ILMUWAN, MULAI DARI PAKAR ASTRONOMI SAMPAI KEDOKTERAN.


Kota di Spanyol ini memiliki tempat tersendiri di kalangan umat Muslim. Apakah karena kiprah pesepak bola andal asal Mali, Fredreric Kanoute, yang beragama Islam di klub lokal, Sevilla? Lebih dari itu. Sevilla pernah menjadi salah satu kota ilmu yang masyhur ketika kaum Muslim berkuasa di Andalusia berabad-abad silam.

Peradaban Islam sangat memperhatikan perkembangan aspek keilmuan. Tak terkecuali di Sevilla. Gairah intelektual mewarnai gerak kehidupan masyarakat setempat sehingga melahirkan tokoh serta karya-karya luar biasa yang berkontribusi bagi kemajuan khazanah ilmu pengetahuan Islam.

Sejarawan sains Philip K Hitti dalam bukunya History of the Arabs mengatakan, reputasi Sevilla tidak kalah mentereng dengan kota-kota ilmu lainnya di Andalusia, semisal Cordoba, Granada, Valencia, Toledo, dan Malaga. Perpustakaan besar, sebagai ciri khas sebuah kota pusat intelektualitas, juga terdapat di kota tersebut.

Demikian pula sarana pendidikan, antara lain madrasah dan universitas, melengkapi jajaran fasilitas ilmu. Tak he ran, Sevilla menjadi magnet bagi kaum cendekia dan in te lektual dari berbagai wilayah untuk berkiprah. Mereka memperluas wawasan ilmu dalam tingkatan yang paripurna.

Beberapa tokoh penting tampil dari kota mengagumkan ini. Di antaranya seorang matematikus terkemuka. Namanya Ibnu al-Yasamin al-Ishbilli. Ia dikenal luas dari karya yang bertajuk Al-Urjuza al-Yasminiya fil Jabr wal Muqabala, atau Puisi tentang Aljabar dan Perbaikan.

Al-Ishbilli yang wafat pada 1209 ini berasal dari Afrika Utara. Tapi, pendidikan diperolehnya di Sevilla. Ilmuwan besar Ibnu Qasim al-Shalubin tercatat sebagai salah satu mentornya. Darinya, al-Ishbilli menimba ilmu aljabar.

Sejarah mencatat Al-Urjuza al-Yasminiya, yang kemudian menjadi maha karyanya, ditulis di Sevilla. Begitu besar rasa cinta pada kota itu membuat tokoh hebat ini tidak ingin meninggalkannya. Al-Ishbilli berkarya hingga akhir hayatnya di sini.

Dunia ilmu tidak melupakan figur yang satu ini, yakni Abu Muhammad Jabir Ibnu Aflah. Keahliannya terutama pada bidang astronomi. Selain itu, ia sangat menguasai ilmu hitung. Kehebatan Ibnu Aflah dikagumi banyak kalangan, bahkan bangsa Eropa punya panggilan khusus, Geber, yang kerap bersinggungan dengan nama Latin, Jabir Ibnu Hayyan.

Seperti halnya al-Ishbilli, sebagian besar masa hidup Ibnu Aflah dihabiskan di Sevilla. Karya besarnya mencakup Kitab al-Haiaa (Koreksi pada Almagest). Di dalamnya dibahas teori gugus planet dekat (Venus dan Merkurius) juga garis edarnya antara matahari dan bumi.

Ia sekaligus mengkritik pemikiran Ptolemeus. Ide dan gagasan Ibnu Aflah terbukti memberi perbaikan penting di lingkup astronomi. Warisan intelektual yang lain adalah model tata surya untuk menggambarkan pergerakan benda-benda angkasa.

Prestasi besar ditorehkan Muhammad Ibnu Fattuh al-Khamairi. Kepiawaian dalam mencipta beragam instrumen astronomi menempatkannya dalam jajaran tokoh ilmu paling berpengaruh dari Sevilla.

Al-Khamairi berhasil membangun sebuah astrolabe di kota tersebut. Tepatnya pada 1213. Laman muslimheritage memperkirakan, setidaknya ada delapan instrumen serupa yang dibuat. Kini, alat-alat itu disimpan di beberapa museum besar di Eropa, atau menjadi koleksi pribadi.

Pertanian
Sektor pertanian yang maju pesat di Sevilla pada masa itu turut menarik perhatian kaum cendekia. Muncul nama Abu Zakaria Yahya Ibnu Muhammad Ibnu Ahmad al-Awwam. Kitab Al-Filaha yang ditulisnya mengulas secara mendalam seluk-beluk pertanian. “Risalahnya pada bidang ini, Al-Filaha, menjadi karya istimewa pada abad pertengahan,” puji Philip K Hitti.

Karya itu mencakup dua bagian utama. Pertama yang berisi tentang karakteristik lahan, pengairan, dan jenis tanaman. Dan kedua membahas aspek pemilihan bibit, musim panen, cara bercocok tanam, juga penanganan pascapanen. Pengaruh buku ini sangat besar dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Ahli botani disematkan pada figur bernama lengkap Abu Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Mufarraj. Ia lebih di kenal dengan nama al-Nabati. Dia kelahiran Sevilla, tepatnya pada 1240. Ibnu Mufarraj punya kaitan erat dengan ilmuwan besar Ibnu al-Baytar, karena ia adalah gurunya.

Penelitian tanaman dilakukan secara intensif. Tak jarang me libatkan dua saintis terkenal: Abdallah bin Salah dan Ibnu al-Hadjadj. Mereka kerap menjelajah ke berbagai wilayah, bahkan mencapai Afrika Utara dan Mesir.

Sementara di ranah medis mencuat figur kharismatik Ibnu Zuhr. “Derajat ilmunya sejajar dengan al-Zahrawi,” ungkap Hitti. Tokoh ini merupakan anggota paling terhormat dari perhimpunan dokter di Andalusia. Ibnu Zuhr lahir di Sevilla pada 1091.

Orisinalitas pemikirannya ditunjukkan dengan cara mengabdikan diri untuk hanya menulis naskah kedokteran. Ini berbeda dengan sejawatnya yang juga membuat risalah ilmu lain. Ibnu Zuhr menghasilkan enam karya.

Al-Taisir fi al-Mudawah wa al-Tadbir (Mudah Mengobati dan Metode Diet) termasuk karyanya paling berharga. Buku ini ditulis atas permintaan Ibnu Rusyd, teman baiknya. Ibnu Rusyd memuji Ibnu Zuhr sebagai tabib terbesar sejak Galen, juga ahli klinis hebat dalam sejarah Islam setelah al-Razi.

Begitu banyak tokoh cendekiawan yang hadir dari tanah Sevilla. Periode abad pertengahan pernah menjadi masa kejayaan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan, dan para pakar dari kota ini telah memberikan dedikasi luar biasa untuk membangun peradaban gemilang umat Islam. ed: wachidah handasah



Sevilla di Abad Pertengahan

Oleh Yusuf Assidiq

Ishbilya adalah sebutan dalam bahasa Arab untuk Sevilla. Kota ini terletak di tepian Sungai Guadalquiver. Kaum Muslim menaklukkan kota ini sekitar tahun 716. Sejak itu, ia menjadi kota terbesar kedua setelah Cordoba. Luas areanya mencakup 187 hektare, dengan jumlah penduduk sekitar 83 ribu jiwa.

Hingga pertengahan abad ke-9, kawasan perkotaan masih banyak menyisakan jejak peninggalan bangsa Ro mawi. Tapi segera mengalami rekonstruksi besar-besaran, begitu jatuh ke tangan umat Muslim. Abd al-Rahman II, penguasa dari dinasti Umayyah, memerintahkan agar tembok kota dibangun kembali serta diperkuat.

Begitu pula kawasan permukiman yang terletak di sisi timur dan utara. Pembangunan terus berlanjut hingga Khalifah Abu Ya’qub Yusuf memindahkan ibu kota ke Se villa. Termasuk di antaranya merekonstruksi Istana Alcazar yang dibangun oleh Abd al- Rahman II pada 1172-1176.

Khalifah juga membangun beberapa masjid besar. Hingga kota itu direbut oleh pasukan Nasrani pimpinan Ferdinand III dari Kastila pada 1248, sudah terdapat sebanyak 72 masjid di seluruh Sevilla.

Di masa keemasannya, saat pemerintahan dinasti Almovarid, Sevilla adalah kota yang sangat sibuk. Ia pusat dari banyak bidang kehidupan, mulai dari keagamaan, ilmu pengetahuan, ekonomi, hingga budaya.

Banyaknya masjid, kata Thomas Glick pada karyanya The Dictionary of the Middle Ages, menandakan berkembangannya aspek agama di sana. Sedangkan, hadirnya madrasah serta perpustakaan besar menunjang geliat intelektualitas.

Adapun pada ranah seni dan budaya diwakili oleh keberadaan bangunan-bangunan berarsitektur menawan, termasuk di antaranya Istana Alcazar, Masjid Almohad, menara La Giralda, dan masih banyak lagi.

Dalam artikel bertajuk Sevilla Islamic Heritage, Sarah Irving menyatakan, keindahan arsitektur Islam di Sevilla telah menghadirkan kekaguman hingga berabad-abad. Ini menjadi salah satu bukti kebesaran peradaban Islam di Spanyol.

Sevilla juga merupakan pusat perekonomian di kawasan Laut Mediterania. Kehidupan ekonomi yang sangat kental diabadikan dalam risalah yang ditulis Ibnu Abdun. Sejarawan ini mengungkap secara akurat denyut nadi perekonomian dan perdagangan seharihari di kota itu.

Disebutkan bahwa produk unggulan dari wilayah ini yakni minyak zaitun. Sentra pembuatannya berada di Aljarafe. Selain itu, menurut Ibnu Abdun, di pasar-pasar yang ada, berlangsung transaksi dagang dalam jumlah besar untuk komoditas tekstil, rempah-rempah, dan kerajinan logam. ed: wachidah handasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar